MEDAN
Stunting merupakan salah satu masalah gizi kronis akibat kurangnya asupan gizi dalam waktu lama. Kondisi ini mengakibatkan seseorang memiliki tinggi badan yang jauh lebih pendek dibandingkan dengan tinggi badan orang seusianya.
Stunting menjadi salah satu prioritas di bidang kesehatan yang perlu penanganan segera. Untuk itu, masyarakat diajak bersinergi menanggulangi stunting, antara lain dengan lebih peka dan peduli pada sesama.
Hal ini diungkapkan Ketua Tim Penggerak (TP) Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Provinsi Sumatera Utara (Sumut) Nawal Edy Rahmayadi saat memberikan arahan dan bimbingan pada acara Dialog Interaktif Milad ke-21 Forum Alumni HMI Wati (Forhati) Sumut, di Hotel Grand Kanaya, Jalan Darussalam, Medan, Sabtu (21/12).
“Gizi buruk itu salah satunya karena kondisi ekonomi. Kalau lah kita sesama tetangga saling peduli dengan kondisi satu sama lain, tak mungkin ada stunting ini. Kita dengar tetangga kita, anak tetangga, tak punya sesuatu untuk dimakan, hati kita mestinya tergerak untuk saling bahu-membahu memberi bantuan,” katanya.
Nawal mengajak masyarakat untuk meniru konsep PKK yang dikenal dengan Dasa Wisma, yaitu perkumpulan kelompok ibu dari 10 Kepala Keluarga rumah yang bertetangga untuk mempermudah jalannya suatu program. “Jadi, ibu-ibu dalam kelompok ini bertanggung jawab untuk tetangga masing-masing. Saling bantu membantu, saya yakin cara ini efektif untuk eliminasi stunting,” jelas Nawal.
Kemudian, bertepatan dengan peringatan Hari Ibu pada 22 Desember, Nawal mengingatkan para kaum ibu untuk selalu meningkatkan wawasan tentang nutrisi. Sehingga, saat menyiapkan makanan untuk keluarga bisa mempertimbangkan komposisi gizi. “Bergizi itu tidak harus mahal Ibu-Ibu, yang penting kita harus kreatif,” ucapnya.
Ketua Periodik Forhati Wilayah Sumut Rahmadani Hidayatin menyebut bahwa sesuai tema dialog yakni Resiliensi Keluarga sebagai Pertahanan Kesehatan dalam Mewujudkan Generasi Unggul yang Bermartabat Bebas Stunting, Rahmadani yakin bahwa pencegahan stunting bisa dimulai dengan meningkatkan resiliensi atau kekuatan dan ketahanan keluarga.
“Ketahanan suatu keluarga itu, menurut saya, perannya banyak dilakukan kita para kaum ibu. Saya setuju dengan Ibu Nawal, kaum ibu harus pro aktif, giat mempelajari seputar nutrisi dan kesehatan anak. Kemudian, meningkatkan kepedulian terhadap sesama atau tetangga,” katanya.
Sebelumnya, Ketua Panitia Pelaksana Ameilia Zuliyanti Siregar mengatakan bahwa pengangkatan isu stunting sebagai topik dialog interaktif untuk menunjukkan dukungan Forhati Sumut terhadap pemerintah dalam menyelesaikan salah satu masalah yang menjadi priotitas saat ini. Salah satunya stunting yang tidak hanya prioritas bagi Pemerintah Provinsi Sumut tetapi juga pemerintah pusat.
“Kami Forhati Sumut, siap mendukung program-program pemerintah. Menjadi mitra pemerintah untuk memberikan solusi terhadap masalah-masalah yang tengah dihadapi oleh masyarakat. Karena, sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi sesamanya,” tutur Ameilia.
Acara Dialog Interaktif Milad ke 21 dihadiri ratusan peserta yang terdiri dari anggota Forharti kabupaten/kota di Sumut. Adapun pembicara yang dihadirkan yakni dari Forhati Sumut, Dinas Kesehatan Provinsi Sumut dan Kota Medan, dan psikolog. Selain dialog interaktif, akan diselenggarakan pula Malam Silaturahmi ke-21 Forhati bersama Majelis Daerah Forhati se Sumut, Sabtu (21/12) malam. Rangkaian acara lainnya berupa donasi buku, bazaar buku, dan pemeriksaan kesehatan gratis.
Sumber : Biro Humas dan Keprotokolan Setdaprovsu