MEDAN
Untuk mematangkan persiapan pelaksanaan new normal atau tatanan kehidupan baru di masa pandemi Covid-19, Gubernur Sumatera Utara (Sumut) Edy Rahmayadi terus menerima masukan dari berbagai pakar dan ahli. Setelah mendengarkan masukan dari akademisi dan pakar pendidikan, kini giliran Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Sumut dan Psikolog.
“Untuk memperkecil kesalahan, kita harus mau banyak mendengarkan dari berbagai pihak. Hari ini saya akan dengarkan masukan dari IDAI Sumut dan Psikolog,” ujar Gubernur Sumut Edy Rahmayadi saat memulai pertemuan yang dilaksakankan di Pendopo Rumah Dinas Gubernur, Jalan Jenderal Sudirman Nomor 41, Senin (8/6).
Gubernur mengatakan, saat ini banyak spekulasi yang beredar tentang anak sekolah. Ada yang bilang 1 Juli mulai sekolah, ada yang mengatakan 29 Juni mulai sekolah, namun dia memastikan hingga saat ini belum akan memberikan izin untuk siswa beraktivitas di sekolah.
“Saya katakan kepada Dinas Pendidikan, saya Gubernur dan saya belum izinkan anak sekolah untuk mulai beraktivitas di sekolah. Anak itu adalah segala-galanya bagi orang tua, dan saat ini saya adalah ayah dari semua anak-anak yang ada di Sumut,” ujar Edy Rahmayadi.
Sementara itu, Penasehat IDAI Sumut Guslihan Dasa Tjipta menyampaikan usulan dan masukan kepada Pemprov Sumut untuk kemudian bisa dikaji guna menentukan apakah New Normal bisa atau tidak diterapkan pada proses belajar mengajar siswa.
“Pertama, kami setuju bila rumah dijadikan tempat pembelajaran bagi anak. Pemerintah bisa menerapkan pembelajaran dengan metode jarak jauh, guna mengantisipasi lonjakan tahap kedua yang mungkin bisa terjadi pada periode Juli hingga Desember. Jadi anjurannya kepada Pemprov untuk tidak membuka sekolah hingga Desember,” ujarnya.
Guslihan melanjutkan, yang paling penting dalam menerapkan New Normal adalah bila epidemiologi Covid-19 menunjukan tren menurun. “Sebagai syarat untuk membuka sekolah yang harus dipenuhi adalah tren Covid-19 di Sumut menunjukan penurunan, tapi yang paling direkomendasikan adalah menerapkan model belajar sistem universitas terbuka,” tambahnya.
Putri Chairani Eyanoer yang merupakan staf pengajar di FK USU memaparkan, berdasarkan data-data di Indonesia, khususnya di Sumut, bisa dilihat bahwa sampai hari ini angka kejadian Covid-19 pada anak masih cukup tinggi. “Secara global kasus Covid-19 pada anak bila dirata-ratakan di setiap negara berada dipersentase 1 %, namun negara yang paling banyak terjadi kasusnya adalah Amerika dan Indonesia, kasus Covid-19 pada anak di Indonesia sekitar 7% dari total kasus yang ada,” terangnya.
Putri menjelaskan ada lima daerah di Indonesia yang tinggi kasus Covid-19 pada anak, yakni Jakarta, Jawa Timur, Sumatera Selatan, Jawa Tengah dan Nusa Tenggara Barat. “Sumut tidak termasuk bukan berarti jumlah kasus Covid-19 pada anak rendah, sebab Sumut tidak pernah melakukan rapid test massal pada anak seperti yang dilakukan Sumsel dan NTB, jadi Sumut tidak boleh menurunkan kewaspadaanya terhadap Covid-19 terkhusus pada anak,” tambahnya.