Medan,
Mengantisipasi kenaikan harga bahan pokok di Sumatera Utara, Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Sumatera Utara menggelar rapat di Kantor Gubsu, Jumat sore (8/10) yang langsung dipimpin oleh Sekda Provsu H. Hasban Ritonga, SH. Hadir dalam kesempatan tersebut Kepala BI Difi Johansyah, KA Bulog SUmut Fatah Yasin, Kepalad Dinas Perhubungan Provsu Anthony Siahaan, Kadisnaker Parmohonan Lubis, Kepala Badan Ketahanan Pangan Suyono, KA Biro Perekonomian Bondaharo, Plt Kepala Dinas Petanian SUmut dan mewakili Kepada Dinas Perindustrian dan Perdagangan dan sebagainya.
Pemenuhan kebutuhan pasokan komoditi cabe dan bawang menjadi salah satu fokus TPID untuk menghindari lonjakan harga yang kerap terjadi menjelang Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri yang dapat meningkatkan inflasi. Berdasarkan data BI, angka inflasi Sumut pada triwulan pertama tahun 2016 mencapai 0,88% yang berada di atas angka nasional pada periode yang sama yaitu 0,61 persen.
“Kondisinya tingkat inflasi Sumut yang termasuk tinggi pada triwulan pertama patut diwaspadai, sehingga kita memerlukan strategi untuk antisipasi pada triwulan berikutnya yang bertepatan juga memasuki bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri,” ujar Sekda.
Diketahui, lanjut Sekda, yang perlu diwaspadai adalah sudah terlampauinya masa panen, sehingga dalam 3 bulan kedepan panen komoditi bawang dan cabe sudah terlewat. Untuk itu tim sepakat akan menyurati Menko Perekonomian, untuk dapat membantu memenuhi pasokan kebutuhan di Sumut. “Kita berharap ini menjadi bahan pertimbangan, sehingga nanti pada saat masuki Ramadhan dan Lebaran, cukup stok dan harga tidak terlalu tinggi,” kata Hasban.
Selain itu, langkah lain yang akan dilakukan dalam rangka antisipasi kenaikan harga, akan dilaksanakan terus operasi pasar hingga menjelang Hari Raya. Selain itu, Pemprov Sumut terus mendorong percepatan pembukaan Toko Tani Indonesia (TTI) yang direncanakan sebanyak 60 unit sepanjang tahun ini. Sumut termasuk 9 Provinsi percontohan dalam pembentukan TTI yang bertujuan untuk memotong mata rantai pasokan hasil pertanian dari petani ke konsumen.
TTI diharapkan dapat menyerap produk pertanian, menjaga stabilitas pasokan dan harga pangan di tingkat petani serta memberikan stabilisasi harga dan kemudahan akses pangan di tingkat konsumen.
Kepala BKP Sumut Suyono mengatakan, dari 60 TTI yang akan dibuka di Sumut, sebagian besar berlokasi di Medan. Selain karena Medan merupakan daerah yang dijadikan indeks harga konsumen oleh Badan Pusat Statistik (BPS), daerah ini juga cenderung menjadi penyumbang terbesar inflasi di Sumut.
Kepala BI Difi Johansyah mengungkapkan, pihaknya menggagas kerjasama antara Sumut dan Provinsi Aceh untuk perdagangan antar daerah. “ Kami dalam waktu dekat melaksankan MoU dengan daerah lain yang surplus seperti Aceh yang surplus bawang,” jelas Difi.
Dijelaskan Difi, Sumut punya karakteristik yang unik dibanding daerah lain dimana kalau perekonomian tumbuh, tingkat konsumsi juga meningkat, sehingga bisa mendorong meningkatknya inflasi. Lebih jauh lagi, upaya pengendalian inflasi terus dilakukan berbagai pihak melalui inovasi . Salah satu inovasi terbaru adalah sebagaimana yang dilakukan Pemkab Taput yang sudah menggelar lelang komoditasi pertanian.
“Sudah dilaksankan di Siborong-borong, Taput berupa lelang cabe merah, yang digelar di pasar terbuka. Sudah jalan enam kali lelang, , dan nanti akan diperluas jenis komoditinya. Lelang seperti ini baik karena akan menjadi barometer harga,” ujar Difi.
Sementara itu, Sekda menjelaskan berdasarkan laporan stok komoditas bahan pokok di Sumut cukup. “Seperti beras, daging , ayam dan telur untuk tiga bulan ke depan cukup,” jelas Sekda. Demkian pula harga bawang dan cabe masih dalam kisaran normal.
Sementara itu Kabiro Perekonomian Bondaharo mengatakan TPID bekerjasama dengan aparat akan terus melakukan pengawasan untuk mencegah penimbunan bahan pokok. “Jangan ada penimbunan stok, pemerintah akan terus lakukan pengawasan. Stok bahan pokok aman, masyarakat tidak perlu cemas,” katanya.