MEDAN
Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (Pemprov Sumut) bersama Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) berkomitmen menekan korban bencana alam hingga angka 0 atau zero victim. Hal tersebut dapat dicapai melalui sistem peringatan dini dan tindakan dini.
Berdasarkan Indeks Risiko Bencana Indonesia (IRBI) Tahun 2021, Sumut masuk ke kategori sedang dengan skor 143,83. Walau dalam kategori sedang, sepanjang tahun 2021 bencana hidrometeorologi di Sumut cukup tinggi. Yaitu bencana terkait atmosfer, air, laut yang mengakibatkan intensitas hujan tinggi, angin kencang, puting beliung, banjir, tanah longsor, kekeringan, serta kebakaran hutan dan lahan.
Tercatat, sepanjang tahun 2021 terjadi 44 kali bencana banjir dan banjir bandang, serta 22 kali tanah longsor. Bencana ini merenggut 27 korban jiwa, 69 orang luka, 3 orang hilang dan 296 orang terpaksa mengungsi.
“Secara nasional, risiko bencana kita di urutan ke-16 dan di tahun 2021, banjir bandang, tanah longsor sudah merenggut banyak nyawa rakyat kita. Kita harus komitmen menekan korban jiwa sekuat tenaga,” kata Gubernur Edy Rahmayadi, saat memberikan kata sambutan di Seminar Dinamika Atmosfer Regional Pemprov Sumut di Aula Tengku Rizal Nurdin, Jalan Jenderal Sudirman Nomor 41, Medan, Selasa (12/4).
Edy Rahmayadi juga mengingatkan masyarakat untuk menjaga kelestarian alam, karena menurutnya, bencana alam terjadi tidak terlepas dari ulah manusia yang merusak lingkungannya. Dengan laju pertumbuhan penduduk 1,28% (data BPS) isu kerusakan lingkungan menurutnya akan meningkat.
“Kita harus menjaga alam, maka alam akan menjaga kita, kita harus jaga keseimbangannya. Dan sekarang jumlah penduduk Sumut sudah mencapai sekitar 15 juta jiwa dan terus tumbuh, kalau kita tidak memperhitungkan ini, mengabaikan peringatan BMKG sudah pasti sulit menghindari jatuhnya korban jiwa,” ungkap Edy.
Sementara itu, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan saat ini kebiasaan masyarakat Indonesia dan sebagian besar negara berkembang kurang peduli dengan peringatan dini dan prakiraan cuaca. Sehingga jatuhnya korban jiwa sulit dihindari, karena tidak adanya aksi cepat dini.
“Kurang dipedulikan dan tidak mendapat aksi cepat sehingga bisa berakibat buruk. Sekarang kita berupaya zero victim,” kata Dwikorita, melalui video conference.
Dwikorita juga mengingatkan, pentingnya mitigasi awal pemanasan global, karena pemanasan global memicu kondisi cuaca ekstrim. Cuaca ekstrim menurutnya akan meningkatkan terjadinya bencana hidrometeorologi.
“Kalau tidak kita mitigasi awal, kondisi bisa lebih buruk lagi, panas akan bertambah dan terus bertambah,” kata Dwikorita.
Pada seminar ini, Pemprov Sumut dan BMKG juga menandatangani Nota Kesepahaman untuk menekan korban jiwa pada bencana alam. Melalui Nota Kesepahaman ini sinergi, konektivitas, kerja sama yang kuat akan tercipta sehingga bisa mewujudkan zero victim.
Hadir pada seminar kali ini Kepala Balai Besar Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Wilayah 1 Medan Edison Kurniawan, Kepala BPBD Pemprov Sumut Abdul Haris Lubis dan OPD terkait. Hadir juga Rektor USU Muryanto Amin, OPD Kabupaten/Kota se-Sumut secara virtual.** (H15/DISKOMINFO SUMUT)