MEDAN
Gubernur Sumatera Utara (Sumut) Edy Rahmayadi mengajak para tokoh nasional Islam agar tetap kompak bersama mempersatukan umat Islam untuk kejayaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) di bawah landasan konstitusi Pancasila dan UUD 1945.
Hal ini dinyatakan Gubernur Edy Rahmayadi di hadapan para tokoh nasional yang berhadir di acara Kongres Umat Islam II Sumut pada malam silahturrahmi di Rumah Dinas Gubernur, Jalan Jenderal Sudirman 41 Medan, Jumat (26/8) malam.
Hadir dalam acara silahturrahmi tokoh nasional antara lain Amin Rais, Din Syamsuddin, Ichsanuddin Noorsy, Refly Harun, dan Egy Sujana. Sedangkan dari Sumut hadir antara lain Mantan Gubernur Sumut ke-15 Datok Seri Syamsul Arifin, Ketua MUI Sumut Maratua Simanjuntak, Abdullah Jamil, Basyaruddin, Harso, Ibrahim Gultom, Abdillah dan Masri Sitanggang yang juga Ketua Panitia Kongres Umat Islam II Sumut.
Gubernur menyatakan, umat Islam di Indoneia populasinya sebanyak 236,53 juta atau 86,88% dari 272,23 juta penduduk Indonesia. Dalam perjalanan sejarah umat Islam juga memiliki peran sentral dalam mewujudkan Indonesia merdeka dan membentuk ideologi dasar negara Pancasila dan UUD 1945. Karenanya bila saat ini muncul Islamphobia maka itu harus dicegah bersama, karena tidak mungkin umat Islam yang merusak bangsa ini.
“Saya berharap Kongres ini nantinya dapat menghasilkan gagasan yang bisa disumbangsihkan kepada negara, bagaimana menata ulang kehidupan berbangsa dan bernegara ini tanpa kita harus berseteru antara sesama anak bangsa,‘’ ujar Edy Rahmayadi.
Edy Rahmayadi juga berharap, apapun yang dilakukan dalam memperbaiki bangsa ini tidak boleh keluar dari koridor bingkai NKRI, Pancasila dan UUD 1945. Dia menyatakn kontribusi umat Islam sangat besar dalam mewujudkan Indonesia merdeka dan menjadi tanggung jawab besar pula umat Islam untuk merawat kesatuan dan persatuan. Serta mengisi kemerdekaan ini guna mewujudkan keadilan dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Di tengah munculnya berbagai problema bangsa ini dari segala aspek, baik karena lingkungan geopolitik global maupun dalam negeri, umat Islam tidak boleh berdiam dan harus memberi kontribusi. Sebab, sejahteranya bangsa ini akan memberi dampak yang positif bagi umat Islam.
Sebaliknya karena negeri ini dihuni mayoritas umat Islam, maka bila negeri ini tidak stabil akan berbanding lurus juga dampaknya bagi umat Islam. “Kita semua harus ikut bertanggung jawab,” ujarnya.
Sementara itu, masing masing tokoh menyampaikan pandangan dan gagasan bagaimana menata bangsa ini kearah yang lebih baik, terutama bagaimana umat Islam tidak merasa tertuduh, terpuruk dan tersingkir.
Din Syamsuddin menyatakan hal itu dan berharap umat Islam di tengah munculnya isu Islamphobia, jangan kehilangan kepercayaan diri. Tidak boleh dan jangan ada pihak-pihak yang ingin melakukan secara sistematis, baik terbuka maupun tertutup, yang ingin umat Islam itu tertuduh, tersingkir dan terpuruk di dalam NKRI.
Umat Islam semua harus bertanggung jawab untuk memulihkan itu dan bersama berkontribusi memperbaiki dan membangun Indonesia yang berkeadilan dan berkemakmuran dalam wadah NKRI. ”Kita harus menata kembali Indonesia ini dan kembalilah kepada Pancasila dan UUD 1945 pada 18 Agustus 1945,“ ujar mantan Ketua Umum Pusat Muhammadiyah dan mantan Ketua Umum MUI Pusat.**(ril/DISKOMINFO SUMUT)