MEDAN
Sekretaris Daerah Provinsi (Sekdaprov) Sumatera Utara (Sumut) Arief S Trinugroho menyebutkan pentingnya kolaborasi antara pemerintah dengan pers dalam pelaksanaan program pembangunan. Karenanya, momentum Hari Pers Nasional (HPN) diharapkan memicu semangat sekaligus refleksi tentang eksistensi wartawan dari masa ke masa.
Hal itu terungkap dalam sesi dialog Ruang Publik dengan tema Pers Bebas, Demokrasi Bermartabat menyambut rangkaian kegiatan HPN, siaran langsung TVRI Sumut, Jumat (3/2). Hadir sebagai narasumber Sekdaprov Sumut Arief S Trinugroho dan Ketua PWI Pusat Atal S Depari, dengan pemandu acara Gina.
"Kita melihat bagaimana peran media yang sangat vital dalam menyampaikan segala sesuatu yang terkait program pembangunan yang dijalankan pemerintah. Begitu juga dalam memberikan masukan kepada pemerintah," ujar Sekda.
Karenanya sinergitas antara pemerintah dan pers harus berjalan. Sebab selain sinergi, juga perlu kolaborasi serta tidak meninggalkan nilai kritis sebagai pengawal sekaligus pilar demokrasi.
Sumut sebagai tuan rumah HPN 2023 kali ini kata Sekda, harus lebih baik dari pelaksanaan peringatan tahun sebelumnya. Secara resmi, event nasional yang akan berlangsung 7-12 Februari 2023 mendatang, akan diisi dengan berbagai acara seperti workshop Literasi Digital, seminar serta pameran, dengan estimasi jumlah peserta dari seluruh provinsi di Indonesia sebanyak 7 ribu orang.
"Pesertanya belum termasuk yang dari dalam (provinsi). Makanya pada puncaknya di 9 Februari 2023 yang akan dihadiri Presiden RI Joko Widodo, kita antisipasi untuk kapasitas massa hingga 12 ribu orang di Gedung Serbaguna Sumatera Utara," jelas Sekda.
Berbagai persiapan kata Sekda, juga telah dan terus dilakukan sejak lama. Bahkan Pemprov memfasilitasi sekretariat panitia HPN di Gedung Lama Kantor Gubernur sejak dua bulan terakhir. Hal tersebut agar Sumut sebagai tuan rumah, benar-benar siap dan memunculkan sesuatu yang berbeda dari sebelumnya.
"Kita juga ingin para pengunjung nanti melihat objek wisata andalan, Danau Toba. Jadi tamu yang datang, termasuk dari luar negeri (duta besar) akan ke sana. Kita harus jadi tuan rumah yang baik, karena ini kita harapkan menimbulkan multiplier effect," tambah Sekda.
Sementara dalam kaitannya dengan refleksi eksistensi pers dari konteks perjalanan sejarah, Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat, Atal S Depari menyampaikan perkembangan kehidupan pers dari masa ke masa.
Banyak media massa yang pernah berjaya pada masanya, kini harus padam dan tak mampu bertahan. Mengingat perubahan perilaku pembaca yang sangat kontras, dimana sebelum masuk era digitalisasi informasi, masyarakat terkesan masih mencari berita.
"Kalau dahulu, orang menunggu besok untuk membaca surat kabar. Sekarang ini setiap saat orang bisa dapat berita. Pertanyaannya, apakah mungkin media cetak akan bertahan? Jangan bersedih, karena yang sekarang masih bertahan, tetapi nanti bakal berakhir," sebutnya.
Begitu juga dari segi bisnis kata Atal. Bahwa media massa daring saat ini memanfaatkan kemudahan teknologi untuk memberikan informasi cepat kepada publik. Sehingga mereka mendapat penghasilan dari banyaknya pembacaan yang mengklik berita.
Pun begitu, tantangan banyaknya media daring saat ini perlu disikapi secara bijaksana dengan prinsip dan kode etik jurnalistik. Dimana tidak semua informasi itu adalah berita, apalagi dari segi kebenaran dan keadilan.
"Produk pers itu dikenal dengan prosesnya yang kolektif serta ada etikanya. Karena ada fungsi informasi, pendidikan dan ekonomis, termasuk kritik. Untuk itulah diperlukan ada kolaborasi (antara pers dan pemerintah)," katanya.
Refleksi terakhir kata Atal, adalah tantangan banyaknya informasi hoax yang marak beredar. Termasuk media tanpa proses verifikasi, serta kapasitas wartawan, yang kemudian menjadi dasar pemberlakuan uji kompetensi dari dewan pers.
"Tetapi semakin banyak hoax, maka orang akan mencari media massa yang bisa dipertanggungjawabkan dan meyakinkan kebenarannya. Karena orang akan mencari keadilan dan kebenaran, sebagaimana seorang wartawan yang menulis dibalik suara masyarakat, objektif. Yang penting jangan kebebasan itu menjadi kebablasan.
Atal juga mengapresiasi kesiapan Sumut menjadi tuan rumah HPN 2023. Ia berharap, event kali ini akan dapat melahirkan ide dan gagasan serta memotivasi pers lebih profesional.
Keduanya pun menyampaikan kesiapan dan atensinya dalam event HPK kali ini. Mereka berharap masyarakat antusias menghadiri perhelatan akbar ini, khususnya pameran pers yang juga diisi stan UMKM sebagai upaya meningkatkan promosi produk lokal. **(H13/DISKOMINFO SUMUT)