MEDAN
Sekretaris Daerah Provinsi (Sekdaprov) Sumatera Utara (Sumut) Arief S Trinugroho berharap Sumatranomics bisa memberikan ide pemikiran dan solusi, serta strategi kebijakan percepatan pertumbuhan ekonomi, maupun dampak krisis dari berbagai dimensi melalui tulisan ilmiah.
"Karya ilmiah yang kita perlukan bukan sekadar konseptual, yang masih di awang-awang, tetapi bagaimana tulisan itu bisa memberikan masukan kepada kami (Pemprov Sumut) apa yang harus dilakukan, yang sifatnya membumi, rutin dan mudah diterapkan," kata Sekdaprov Arief S Trinugroho saat menjadi Keynot Speaker pada acara Launching 4th Sumatranomics (Sumatra Economic Summit) Tahun 2023 di Grand Ballroom Hotel JW Marriott, Jalan Putri Hijau Nomor 10 Medan, Senin (13/3).
Menurut Arief S Trinugroho, geopolitik dunia memberikan efek domino terhadap ekonomi secara global, termasuk Sumut. Namun, Sumut di bawah kepemimpinan Gubernur Edy Rahmayadi dan Wakil Gubernur Musa Rajekshah, masih bisa bangkit.
"Kita bersyukur ekonomi Sumut masih bisa bangkit di tengah berbagai tantangan ekonomi global. Pada tahun 2022 prekonomian Sumut mengalami pertumbuhan mencapai 4,73% (yoy) lebih tinggi dari tahun sebelumnya sebesar 2,61%," jelasnya.
Disampaikan juga, beberapa sektor yang mendukung pertumbuhan ekonomi Sumut di tengah pandemi Covid-19 adalah sektor pertanian, dengan motor penggerak sub sektor perkebunan dan tanaman pangan.
Selain itu, katanya, Pemerintah Pusat dan Daerah bersama BI tergabung dalam Tim Pengendalian Inflasi Pusat (TPIP) dan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) dalam upaya pemulihan ekonomi dan kesiapan menghadapi ketidakpastian ekonomi di masa mendatang telah berkomitmen melakukan Gerakan Nasional Penegndalian Inflasi Pangan (GN PIP). Salah satunya memperluas kerja sama antardaerah (KAD), dukungan subsidi ongkos angkut, penerapan budidaya pertanian yang baik dan penanganan pascapanen yang baik.
Sementara itu, Kepala Kantor Perwakilan BI Sumut Doddy Zulverdi mengatakan, ada dua tujuan besar yang ingin dicapai pada forum Sumatranomics 2023. Pertama, menggali ide-ide yang nanti diharapkan menjadi referensi bagi pemerintah untuk mempercepat proses meningkatkan kualitas rekomendasi kebijakan dan juga sebagai wadah bagi akademisi, praktisi dan mahasiswa dalam mengembangkan kapasitas keilmuan mereka.
Menurutnya, dari sudut pandang BI ada dua tantangan struktural di dalam perekonomian domestik, khususnya Sumut. Di antaranya, pengendalian inflasi yang banyak menghadapi tantangan, baik itu dari aspek produksi, distribusi maupun pengelolaan konsumsinya.
Kedua, adanya ketimpangan antarwilayah, dimana terdapat 25 kabupaten/kota di Sumut tergolong daerah relatif tertinggal. Artinya kabupaten/kota tersebut memiliki laju pertumbuhan yang lebih rendah dibandingkan laju pertumbuhan provinsi, juga Produk Domestik Bruto (PDB) perkapita masih rendah dibanding provinsi.
Selain itu, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Sumut masih 72,71% masih dibawah level nasional sebesar 72,91% dan rendahnya tingkat literasi digital sebesar 3,46 lebih rendah dari pada nasional sebesar 3,54.
Untuk mengatasi permasalahan terstruktural tersebut, Doddy Zulverdi berharap adanya sinergi pikiran, sinergi kebijakan untuk memperkuat kualitas pembangunan, serta sumber pertumbuhan baru berbasis ekonomi digital, yang bisa berkontribusi pada pemulihan ekonomi di kawasan Sumatera.
Turut hadir Kepala Perwakilan BPKP Sumut Hengky Kwinhatmaka, Kepala OJK Regional 5 Sumatera Bagian Utara (Sumbagut) Bambang Mukti Riyadi, Kepala Perwakilan BPK Sumut Eydu Oktain Panjaitan, Kepala BPS Sumut Nurul Hasanudin, Ketua Dewan Riset dan Inovasi Sumut Darma Bakti, Ketua Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Medan Fadli, serta stakeholders terkait.**(H20/DISKOMINFO SUMUT)