MEDAN
Gubernur Sumatera Utara (Sumut) Edy Rahmayadi meresmikan Gallery dan Cafe Pelataran Difabel, yang pengelolaanya dilakukan oleh para penyandang difabel. Ini merupakan yang pertama di Sumut, bahkan Indonesia.
Menurut Gubernur Edy Rahmayadi, para penyandang difabel memiliki hak dan kesempatan yang sama untuk berkontribusi pada bangsa. Meski memiliki keterbatasan, para penyandang difabel tersebut punya kompetensi dan hak yang sama dengan lainnya.
"Saya apresiasi pembanguann Gallery dan Cafe ini, sebagai bentuk partisipasi dan kepedulian kepada saudara-saudara kita. Mereka tidak lagi menerima ‘ikan’ tetapi ‘kail’ sehingga mereka bisa mandiri," ucap Edy Rahmayadi usai mendatangani prasasti peresmian Gallery dan Cafe "Pelataran Difabel" di Jalan Karya Kasih Medan Johor, Minggu (3/9).
Edy Rahmayadi yang hadir bersama Ketua TP PKK Sumut Nawal Lubis menyampaikan banyak potensi yang dimiliki penyandang disabilitas yang tidak dimiliki oleh mereka yang sempurna. Tinggal bagaimana mereka diberikan kesempatan untuk tampil. Ini terbukti atlet difabel Sumut menempati peringkat dua tingkat nasional.
"Mereka tidak butuh empati kita, yang mereka butuhkan adalah kesempatan untuk tampil dan diperlakukan setara dengan yang lainnya," ujarnya.
Edy Juga berharap tempat ini dapat dikelola dengan baik dan dimanfaatkan secara optimal untuk meningkatkan semangat dan kemandirian para penyandang difabel.
"Nanti kepala dinas bergantian berkunjung ke sini, bawa duit belanja di sini, sampai mereka bisa mandiri. Saya juga nanti akan ke sini ngopi, ini dekat dengan rumah orang tua saya, nanti saya singgah," kata Edy Rahmayadi
Pada kesempatan tersebut, Edy Rahmayadi meluangkan waktu bernyayi dengan para penyandang difabel. Ada tiga lagu dibawakan Edy Rahmayadi bersama penyandang difabel Sri Wahyuni, peraih medali emas cabang judo.
Kepala Dinas Sosial Sumut Sri Suriani Purnamawati mengatakan kehadiran Galerry dan Cafe Pelataran Difabel ini sebagi wahana berhimpunnya para difabel untuk menunjukkan kreativitasnya. Walau selama ini para difabel sudah berkarya, tapi tidak semua orang tahu dan bisa melihatnya secara terus menerus.
"Jadi pelataran ini hadir tidak saja sebagai kafe dan gallery, tapi juga sebagai tempat pelatihan, pusat promosi produk-produk difabel, serta bentuk dukungan bahwa mereka bisa mandiri dan tidak lagi menjadi beban keluarga," jelasnya.
Dia juga menjelaskan, pemerintah sudah memfasilitasi bahwa 2% penyandang difabel dipekerjakan di sektor pemerintah dan 1 % di perkerjakan di sektor swasta. Tapi masih ada rasa ketidakpercayaan masyarakat untuk memperkerjakan difabel.
"Jadi kita buka ruang bagi teman-teman difabel agar masyarakat semakin peduli, dibalik kekurangan pasti ada kelebihan tinggal kita maksimalkan lagi," ucapnya.
Lebih dari itu, Sri juga mengatakan, Galerry dan Cafe Pelataran Difabel satu-satunya yang ada di Indonesia. Kedepan, ia akan menduplikasi ke tempat-tempat lain dan Insyah Allah, tahun depan akan didaftarkan sebagai inovasi dari Pemprov Sumut, sehingga bisa menambah jumlah prestasi yang telah diterima saat ini.
Galerry dan Cafe Pelataran Difabel ini didirikan atas dukungan dana CSR baik BUMN dan BUMD. Memiliki koperasi dengan sistem pengelolaan berbasis charity (amal), dimana jika ada pelanggan ke sini kalau mereka berdua minum kopi, mereka membayar untuk lima orang, tiga lagi untuk para difabel yang akan berkunjung ke sini.
Turut hadir pimpinan OPD di lingkungan Pemprov Sumut, Ketua Pertuni Sumut Syaiful Bakti Daulay, Ketua Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia (HWDI) Sumut Mustika Sari.**(H20/DISKOMINFO SUMUT)